Tips Menyelesaikan Konflik Orang Tua VS Anak Seputar Pilihan Masa Depan

shares |

Hubungan orang tua dan anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, hubungan yang dingin akan menyebabkan anak senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Sikap dan perlakuan orang tua yang toleran, permisif, turut terlibat dan penuh kehangatan merupakan manifestasi dari penerimaan orang tua terhadap anak. Sedangkan sikap dan perlakuan orang tua yang tidak toleran, keras, membiarkan dan dingin merupakan bentuk penolakan terhadap anak.
Demikianlah hubungan keharmonisan yang perlu dibangun dalam rangka meraih masa depan yang sukses bagi sang anak dan juga orang tua tentunya.
Baiklah Mari kita bahas seperti apa bentuk konflik yang ada dalam sebuah hubungan antara orang tua dan anak dalam menentukan pilihan terkait pencapaian di masa yang akan datang.
konflik orang tua dan anak
Ada dua faktor menarik yang sejatinya bisa mempengaruhi kehidupan anda, yaitu : Apa profesi yang anda geluti, dan dengan siapa anda menikah. Demikianlah dua faktor krusial yang akan menentukan seperti apa cerah dan kusamnya masa depan anda.
Profesi memang menjadi penentu utama masa depan finansial anda. Tak terbantahkan lagi bahwa tujuan orang menuntut ilmu adalah untuk kebebasan finansial yang diperoleh dengan berprofesi sebagai apa dan menerapkan ilmu apa.
Begitupun dengan pernikahan yang seharusnya menjadi titik awal kebangkitan anda dalam merajut masa depan.
Dan harus diakui, dalam dua keputusan krusial itu, sejumlah orang tua acap kali melakukan intervensi untuk menentukan apa yang harus dipilih.
Yang kemudian menjadi problem adalah saat pilihan orang tua dengan sang anak berbeda : baik profesi apa yang akan dipilih sang anak, dan jodoh yang ingin dijadikan pendamping hidup. Inilah yang kemudian menandai munculnya konflik orang tua dan anak dalam menentukan pilihan masa depan. Ketika profesi dipaksakan dan jodoh di titahkan disitulah dilema datang menghadang, dan disitu pula terkadang saya merasa sedih. 🙁
Baiklah saya tidak akan mengulas lebih dalam tentang pernikahan dan jodoh, karena belum saatnya. Dikarenakan saya belum berpengalaman dan belum cukup ilmu, juga takut tidak mendapatkan jodoh yang ideal akibat menulis artikel ini. heheh
Terkait profesi, intervensi orang tua seringkali muncul dalam dua aspek kunci, dimulai dari pemilihan jurusan kuliah dalam pendidikan sampai dengan pemilihan karir anda. Disini saya akan berusaha memposisikan diri seobjektif mungkin, bukan hanya posisi saya sebagai anak, tetapi keinginan saya kelak jika dikarunia anak.
Dalam hal memilih jurusan kuliah, begitu banyak contoh dan kasus dimana terjadi perbedaan pendapat dan pandangan antara orang tua dan anak. Dan pada akhirnya sang anak harus mengalah demi tidak disebut anak durhaka.
Orang tua memang memiliki kewajiban untuk turut serta dalam menindak lanjuti setiap aspek kehidupan anaknya. Namun kewajiban tersebut sebatas peran untuk memberikan masukan dan nasihat berdasarkan pengalaman, agar sang anak tidak terjebak dalam pandangan dan prinsip hidup yang salah.
Bagaimana dengan pilihan, khususnya yang sedang kita bahas ini, pilihan terkait jurusan kuliah ?
Tak sedikit di dunia ini orang tua yang terjebak pada pola pikir masa lalu, peristiwa, dan pengalaman pahit yang kemudian direpresentasikan dalam bentuk tindakan intervensi berlebihan terhadap pilihan anak.
Inilah yang dalam sosiologi dinamakan dengan over control. Berlebihan dalam melakukan kontrol terhadap anak pada akhirnya akan kembali dipertanggungjawabkan kepada orang tua itu sendiri.
Kesalahan dalam memilih jurusan jangan pernah disepelekan. Mending tiga setengah tahun dalam dunia perkuliahan, tetapi jika lima tahun berada dalam jeratan mata kuliah yang sama sekali tidak diminati ? Bisakah anda bayangkan penderitaan yang harus dihadapi ? Belum lagi kehadiran “Dosen-Dosen Killer” yang seolah-olah siap mencabik-cabik jiwa anda kapan saja. hadeh 🙁
Salahkan siapa jika kemudian Kuliah sang anak jadi keteteran, mata kuliah banyak yang mengulang, dan pada puncaknya semuanya menjadi sia-sia, Drop Out (DO).
Berbeda hal nya jika pilihan tersebut berdasarkan minat sang anak. Jika kemudian kuliah keteteran dan mata kuliah banyak yang mengulang, orang tua akan punya amunisi untuk melakukan serangan kejutan. 😀
Disini saya tidak akan melihat siapa yang salah dan siapa yang harus disalahkan.
Banyak juga kok diluar sana anak-anak yang sukses dalam dunia perkuliahan sesuai dengan pilihan yang diberikan orang tua. Kesuksesan tersebut tidak lain akibat relevansi yang ideal antara minat dan bimbingan orang tua.
Intinya, pendelegasian tanggung jawab dari orang tua ke anak itu perlu untuk membangun keharmonisan dalam hubungan anak dan orang tua. Jika kemudian orang tua telah memberikan kepercayaan dan kebebasan bagi anaknya dalam bertindak, khususnya menentukan pilihan, itu artinya tanggung jawab sang anak akan semakin besar.
Dan hanya anak yang goblok alias bahlul yang akan mengkhianati kepercayaan dan lari dari tanggung jawab itu. Pesan saya untuk para orang tua termasuk diri saya yang kelak akan menjadi orang tua, ketahuilah, memaksakan kehendak pribadi pada pilihan hidup anak mungkin bukan langkah yang bijak.
Jauh lebih elegan jika orang tua hanya memberikan pandangan mengenai kelebihan dan kekurangan sebuah opsi (entah opsi itu adalah jurusan kuliah atau pilihan profesi). Lalu menyerahkan sepenuhnya pilihan kepada anak Anda.
Dan kemudian jika pilihan itu sudah diambil oleh sang anak, tugas orang tua hanyalah memberikan persetujuan berupa dorongan moral, motivasi, restu dan doa bagi keberhasilan sang anak. Pada akhirnya masa depan yang cerah siap menanti sang anak yang tentunya akan membawa kebahagiaan bagi orang tua. that’s happy ending forever

Penutup dari saya dalam tulisan kali ini, marilah kita renungi sebuah kata bijak dari manusia bijak yang pernah saya kenal, namun sayang tak pernah berjumpa dengannya, Kahlil Gibran. 😀
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkaulah busur asal anakmu, anak panah hidup, melesat pergi.

Sumber : https://bursanom.com/konflik-orang-tua-anak-pilihan-masa-depan/ 

Penulis : Siti Hartinah - AP 202

Related Posts

0 komentar:

Posting Komentar